
JAKARTA - Anak-anak bukan hanya bisa merasakan senang dan gembira, tetapi juga rentan menghadapi stres. Jika hal ini dibiarkan, tumbuh kembang mereka bisa terganggu. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting untuk mendampingi dan membantu anak menemukan cara sehat mengelola tekanan yang mereka alami.
Psikolog klinis Megan Anna Neff menegaskan, kebiasaan sosial dan emosional yang sehat perlu dibangun sejak dini. “Membantu anak mengenali emosi, mengelola kebutuhan, dan berani meminta dukungan bisa menjadi pelindung dari masalah mental di masa depan,” ujarnya.
Ada banyak aktivitas sederhana yang bisa diterapkan sehari-hari untuk menurunkan stres anak sekaligus memperkuat kesehatan mental mereka. Berikut delapan di antaranya.
Baca JugaPerforma, Fitur, Harga, Desain Eksterior dan Interior yang Menonjol Hadir di Jetour X70 Plus
Aktivitas Kreatif dan Menyenangkan
1. Mendengarkan musik.
Musik bukan hanya hiburan, tetapi juga saluran ekspresi emosi. Studi tahun 2022 menunjukkan intervensi musik dapat meningkatkan harga diri, mengurangi isolasi sosial, dan menurunkan kecemasan pada remaja.
Anak-anak bisa mendengarkan lagu favorit, memainkan alat musik sederhana, atau bahkan menulis lagu sendiri. Untuk anak kecil, bernyanyi bersama keluarga atau menabuh benda di rumah bisa menjadi sarana pelepasan emosi yang sehat.
2. Rutin berolahraga.
Aktivitas fisik terbukti menurunkan risiko depresi hingga 20 persen pada orang dewasa, sekaligus membantu meredakan gejala depresi pada anak. Brooke Aymes, pekerja sosial klinis, menyebut gerakan tubuh sebagai mekanisme coping penting sepanjang hidup.
Olahraga tidak harus berat. Anak bisa diajak bermain kejar-kejaran, menari dengan musik, yoga sederhana, atau permainan interaktif berbasis gerakan. Yang terpenting, aktivitas tersebut menyenangkan bagi mereka.
3. Mewarnai buku gambar.
Mewarnai bukan sekadar hiburan. Aktivitas ini melatih motorik halus, meningkatkan kreativitas, sekaligus mengajarkan mindfulness atau fokus pada momen saat ini. Penelitian menunjukkan mewarnai dapat menurunkan kecemasan, terutama menjelang ujian sekolah.
Orangtua bisa menyediakan buku gambar sesuai minat anak atau spidol berwarna cerah. Aktivitas ini juga bisa dipadukan dengan musik agar suasana lebih rileks dan menyenangkan.
4. Berinteraksi dengan hewan peliharaan.
Memiliki hewan peliharaan dapat menurunkan tingkat kecemasan anak. Studi tahun 2015 menemukan, anak yang memiliki anjing peliharaan cenderung lebih tenang dan percaya diri.
Mengajak anak memberi makan, berjalan bersama, atau sekadar bermain dengan hewan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab sekaligus mengurangi stres. Jika tidak punya peliharaan, anak bisa dikenalkan pada program sukarela di penampungan hewan.
Aktivitas yang Membentuk Rutinitas Sehat
5. Menghabiskan waktu di alam.
Bermain di alam memiliki banyak manfaat. Laporan National Wildlife Federation menunjukkan bahwa berada di luar ruangan beberapa menit saja sudah cukup untuk menurunkan stres anak.
Anak bisa diajak piknik ke taman, mendirikan tenda di halaman, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berbasis alam. Saat jauh dari layar gadget, mereka belajar berimajinasi, berani mengambil risiko, dan lebih dekat dengan lingkungan sekitar.
6. Menulis jurnal secara kreatif.
Menulis jurnal melatih refleksi diri dan membantu anak mengelola emosi. Bentuknya tidak harus tulisan panjang, bisa berupa rasa syukur, coretan bebas, atau hiasan dengan stiker.
Kegiatan ini memberi ruang untuk mengekspresikan perasaan dan meredakan kecemasan. Anak juga belajar mengenali diri lebih baik, yang pada akhirnya memperkuat kesehatan mental mereka.
7. Membuat daftar self-care.
Membiasakan anak menuliskan daftar perawatan diri (self-care) dapat mencegah stres sejak dini. Daftar ini bisa berisi kegiatan sehari-hari, seperti sikat gigi, sarapan sehat, bermain di luar, atau melakukan kebaikan kecil untuk orang lain.
Orangtua sebaiknya mendampingi anak membuat daftar, namun tetap memberi kebebasan agar mereka belajar memahami kebutuhan sendiri. Kebiasaan ini membangun rasa tanggung jawab sekaligus menumbuhkan kemandirian.
8. Bicara dengan orang dewasa yang dipercaya.
Aymes menegaskan, kesehatan mental bukan berarti anak tidak pernah stres, melainkan mereka mampu mengenali dan menyalurkan emosi dengan tepat. Anak perlu tahu bahwa rasa marah, sedih, atau takut adalah hal wajar.
Orangtua bisa membantu dengan memberi validasi. Misalnya dengan mengatakan, “Aku juga kadang merasa takut, dan itu tidak apa-apa. Yuk, coba tarik napas bersama.” Dengan begitu, anak merasa perasaannya dihargai sekaligus belajar cara sehat menghadapinya.
Peran Orangtua Membangun Ketahanan Mental Anak
Stres pada anak tidak bisa dianggap sepele. Bila dibiarkan, dampaknya bisa mengganggu konsentrasi, perilaku, hingga kesehatan fisik mereka. Orangtua memiliki peran penting untuk mendampingi, memberi contoh, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak.
Membangun kebiasaan sehat sejak dini akan menjadi fondasi kuat bagi kehidupan anak di masa depan. Dengan dukungan keluarga, mereka tumbuh lebih resilien menghadapi tantangan, sekaligus lebih bahagia dalam menjalani keseharian.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Penerbangan Perdana FlyJaya Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan Lagi 23 September 2025
- Sabtu, 20 September 2025
Performa, Fitur, Harga, Desain Eksterior dan Interior yang Menonjol Hadir di Jetour X70 Plus
- Sabtu, 20 September 2025
Berita Lainnya
8 Persiapan Kehamilan untuk Pasutri yang Hendak Merencanakan Kehamilan
- Sabtu, 20 September 2025
Terpopuler
1.
2.
4 Pilihan Makanan Korea yang Cocok untuk Program Diet
- 20 September 2025
3.
Program Makan Bergizi Gratis Serap Ratusan Ribu Pekerja
- 19 September 2025
4.
BNN Salurkan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir Bali
- 19 September 2025
5.
Diskon Tiket Pesawat Akhir Tahun 2025: Siap-Siap Hemat!
- 19 September 2025